18/08/14

Penetasan kista Artemia


Larva udang Pisang pada stadia mysis 3, nauplius artemia mulai diberikan. Nauplius artemia menyediakan sumber asam amino dan asam lemak esensial utama untuk percepatan pertumbuhan post larva. Ketiadaan atau kekurangannya akan menyebabkan post larva tumbuh lambat dan lemah. Akibatnya benih tidak dapat bertahan dengan fluktuasi kondisi lingkungan. Namun demikian pemberian artemia yang berlebihan akan merusak kualitas air. Sebagian artemia tak termakan sempurna dan menjadi limbah berprotein tinggi yang menyuburkan perkembangan bakteri. Artemia tak termakan akan bersaing dengan larva untuk memperoleh oksigen.

Nauplius artemia diperoleh dengan menetaskan kista (telur yang mengalami dormansi/tidur) dalam air laut. Cangkang telur artemia dapat ditipiskan terlebih dulu untuk mempermudah embrio artemia menetas, atau dapat langsung direndam dalam air laut untuk ditetaskan. Cara yang kedua lebih cepat namun cara pertama lebih menjanjikan kesterilan nauplius, pathogen yang menempel pada cangkang telah dihancurkan.

Teknik penetasan artemia cukup sederhana. Kista artemia dimasukkan ke dalam fiber kultur artemia dengan kepadatan 1-2 gram per liter air media. Kista diinkubasikan selama 24-30 jam dengan menggunakan aerasi kuat. Setelah 24 jam artemia yang sudah menetas siap untuk dipanen. Panen artemia memanfaatkan sifatnya yang fototaksis. Pipa panen dipasang pada lubang pengeluaran fiber. Aerasi dimatikan selama 20-30 menit untuk membiarkan cangkang naik ke pemukaan air dan terpisah dari nauplius artemia yang menetas. Bagian atas fiber ditutup dengan penutup berwarna hitam agar cahaya tidak masuk sehingga nauplius artemia memilih turun ke bagian bawah fiber yang transparan. Kran pengeluaran dibuka pelan dan artemia dibiarkan keluar dengan kecepatan aliran air rendah atau sedang. Artemia dicuci dengan air tawar selama ± 5-10 menit hingga nauplius bersih dari lendir. Artemia dipindahkan ke dalam ember penampung untuk kemudian dibagi ke setiap bak pemeliharaan.