18/10/10

Teknik Pembenihan Udang Galah


@Ibnu Sahidhir
Udang galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai nilai ekonomis.  Udang galah memijah sepanjang tahun dan mempunyai dua habitat dalam siklus hidupnya.  Udang tersebut tumbuh dan menjadi dewasa di perairan tawar, namun pada fase larva hidup di air payau.  Tujuan dari tulisan ini adalah menyajikan teknik pembenihan udang galah yang umum dilakukan. Tulisan dibuat dengan menggunakan metode pustaka dan ditambah hasil pengamatan di lapangan. Pembenihan udang galah dapat dilakukan dengan menggunakan sistem air jernih (clear water system). Proses pemijahan udang galah secara indoor adalah teknik yang paling sederhana. Teknik ini sederhana dalam operasional harian dan manajemen induk hatchery relatif mudah. Induk dipijahkan dalam bak terkontrol dan dilakukan seleksi induk yang telah membawa telur. Penetasan telur dilakukan dalam bak conical. Larva dipelihara dalam bak fibreglass kapasitas 1-2 ton. Larva yang telah mencapai post larva dengan waktu 35-45 hari dapat diadaptasikan ke dalam air pemeliharaan sampai 0-5 ppt untuk dilakukan pentokolan atau di tebar di kolam/tambak.


Kata-kata kunci :  pembenihan udang galah, sistem air jernih

Teknik Pembenihan Udang Galah

Makalah disampaikan pada Gelar Teknologi BBAP Ujung Batee
Aceh Besar, 10-12 Desember 2009

1Rice Novrizah, 1Satria
1 Perekayasa pertama pada BBAP Ujung Batee, NAD

1.        Pendahuluan

Udang galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) merupakan salah satu komoditas perikanan yang mempunyai nilai ekonomis.  Pemasarannya cukup strategis baik di dalam negeri maupun di luar negeri.  Permintaan udang galah yang cukup meningkat selama ini diperoleh dari hasil tangkapan perairan umum.  Jika usaha penangkapan dilakukan terus menerus mengakibatkan udang galah yang tersedia di alam akan punah atau langka. 
Udang galah berasal dari keluarga palaemonidae dan marga Macrobrachium.  Di Indonesia terdapat 19 jenis udang air tawar yang termasuk marga Macrbrachium.  Udang galah merupakan udang air tawar yang mempunyai ukuran terbesar diantara udang tawar lainnya.  Udang ini mempunyai dua habitat yaitu larvanya hidup di air payau sedangkan masa dewasanya hidup di air tawar.  Daur hidup udang galah relatif cepat yaitu sekitar 5-6 bulan untuk mencapai matang kelamin.
 Pembenihan udang galah secara terkontrol sudah berkembang baik menggunakan metode air hijau (green water) dan air jernih (clear water) (Hadie dan Hadie,2001).  Pembenihan yang umun digunakan yaitu sistem air jernih (clear water system).  Proses pemijahan udang galah secara massal secara indoor adalah teknik yang sederhana. Teknik ini sederhana dalam operasional harian dan manajemen induk hatchery relatif mudah. Induk dipijahkan dalam bak terkontrol dan dilakukan seleksi induk yang telah membawa telur.
Beberapa wilayah di Aceh, terdapat sumber daya perairan tawar/payau yang sangat potensial untuk dikembangkan budidaya udang galah.  Demikian pula sumber daya induk lokal udang galah yang mungkin belum tereksploitasi.  Teknik pembenihan udang galah yang tepat diharapakan mampu menyediakan benur untuk keberlanjutan pengembangan usaha budidaya.
2.        Metode Penulisan

Tulisan ini dibuat dengan menggunakan metode pustaka. Data primer dikumpulkan dengan observasi pembenihan udang galah di BBAP Ujung Batee.

3.        Biologi Reproduksi Udang Galah

            Udang galah sering juga dinamakan udang warang, udang satang atau conggah sedangkan dalam dunia perdagangan dikenal dengan nama “giant fresh water prawn”.  Menurut Holthuis (1980) dalam Hadie et al. (2001), sistematika udang galah adalah sebagai berikut :
Filum                           :  Arthropoda
Kelas                           :  Crustacea
Bangsa                         :  Decapoda
Suku                            :  Palaemonidae
Anak suku                   :  Palaemoninae
Marga                          :  Macrobrachium
Spesies                        :  Macrobrachium rosenbergii de Man

           
Udang ini mempunyai dua habitat dalam siklus hidupnya.  Udang tersebut tumbuh dan menjadi dewasa pada perairan tawar, namun pada fase larva hidup di air payau.  Pada fase larva akan mengalami sebelas kali pergantian kulit (moulting) yang diikuti dengan perubahan struktur morfologi, hingga akhirnya bermetamorfosis menjadi juwana (juvenil). Sifat-sifat larva yang umum adalah planktonis, aktif berenang dan tertarik oleh sinar tetapi menjauhi sinar matahari yang terlalu kuat.  Cenderung berkelompok pada fase larva dan akan semakin menyebar dan individual serta bentik dengan bertambah umur.  Di alam larva udang galah hidup pada salinitas 5-10 permil (Hadie et al, 2001).
            Udang galah memiliki badan yang beruas-ruas (segmen) yang diliputi kulit yang keras. Badan udang dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yakni kepala dan dada (cephalothorax), badan (abdomen) dan ekor (uropoda).  Pada bagian depan kepala terdapat tonjolan yang disebut rostrum mempunyai gigi 11-14 di bagian atas dan 8-10 pada bagian bawah.      Kaki jalan kedua pada jantan tumbuh sangat panjang yaitu 1,5 kali panjang tubuh.  Kaki renang pada induk betina agak melebar dan membentuk ruang untuk mengerami telur (broodchamber) (New dan Marlow, 2002).

Gambar 2.  Perbedaan udang galah jantan (a) dan betina (b) berdasarkan alat kelamin
           
Perbedaan antara udang jantan dan betina dapat dilihat berdasarkan bentuk badan, letak kelamin dan bentuk serta ukuran dari pasangan kaki jalan kedua.  Bentuk badan udang galah jantan dibagian perut lebih ramping dan ukuran peluron lebih lebar agak memanjang.  Udang galah jantan memiliki alat kelamin (petasma) pada pasangan kaki jalan ke-5, sedangkan pada udang betina (thelycum) terdapat di pasangan kaki jalan ke-3 (Oemarjati dan Wardhana, 1990).
Induk betina udang galah matang kelamin pada umur 6 bulan. Secara umum tiap gram berat badan induk betina menghasilkan 1000 butir telur (1:1000), makin besar ukuran induk maka makin banyak telur yang dihasilkan.  Misalnya udang galah yang mempunyai berat 50 gram menghasilkan telur ±50.000 butir. 

4.        Perkembangan Telur                                    

            Telur udang galah yang telah dibuahi akan dierami di kantong pengeraman yang terletak di antara kaki renang induk betina.  Menurut D`Abromo et al, 1995, bahwa telur akan mengalami perubahan warna dari oranye terang, berangsur-angsur menjadi oranye, kemudian coklat dan akhirnya abu-abu dan akan menetas 2-3 hari.  Penetasan pada temperature 28 o C terjadi setelah 20-21 masa pemijahan.

Gambar 3.  Perubahan warna telur pada induk betina udang galah

5.        Pembenihan Udang Galah

            Teknik pembenihan yang dilakukan di hatchery Balai budidaya Air Payau Ujung Batee menggunakan sistem air jernih (clear water system). Tahapan pembenihan udang galah sebagai berikut :

Seleksi Induk

Beberapa persyaratan induk :

·         Berat induk betina diatas 40 gram dan jantan di atas 50 gram
·         Kulit dan bagian badan bersih dari organisme yang bersifat parasit
·         Umur antara 8-20 bulan
·         Organ tubuh lengkap dan tidak cacat
·         Jumlah telur cukup banyak
·         Sudah matang telur untuk yang kedua kali atau lebih
·         Berasal dari udang yang mempunyai pertumbuhan lebih cepat

Pemeliharaan induk dapat dilakukan secara indoor di bak beton dengan kepadatan 5 ekor/m2. Pakan yang diberikan berupa pakan komersil (pellet) kandungan protein 30 % dan dikombinasikan dengan pakan segar seperti cumi-cumi atau ikan segar dengan frekuensi 2 kali sebanyak 3-5 % dari bobot tubuh. Pemeliharaan induk antara jantan dan betina sebaiknya dipisah dan ketinggian air optimal 80 cm.
Induk betina yang matang gonad ditandai dengan sebagian cephalothorax berwarna oranye Perbandingan jantan dan betina 1 : 3.. Sebelum memijah udang betina terlebih dahulu berganti kulit (premating moult). Pada saat berganti kulit ini kondisi udang lemah. Setelah pulih kembali terjadi pemijahan.

Penetasan Telur
Udang galah termasuk ke dalam hewan yang fertilisasinya di luar tubuh (external fertilization).  Fertilisasi terjadi segera setelah pemijahan dilakukan dan jantan memindahkan sperma ke kantong pengeraman udang betina (spermathecha).  Fertilisasi itu sendiri terjadi pada saat telur diovulasikan menuju kantong pengeraman udang betina pada pleopoda 1-4 (Hadie dan Hadie, 2001).
Telur -telur yang terdapat dalam kantong pengeraman (broodchamber) diikat oleh filamen-filamen yang terdapat pada kaki renang induk betina sehingga telur tidak mudah lepas saat bergerak. Selama masa pengeraman yaitu 19-21 hari, telur diberi oksigen oleh induknya yang dilakukan dengan cara mengerak-gerakkan kaki renangnya secara terus menerus.  Saat tersebut terjadi seleksi alami telur yang tidak terbuahi sempurna akan terlepas, sedangkan yang terbuahi akan tetap melekat sampai menetas.  Ukuran telur udang galah berkisar 0,6 -0,7 mm. (New dan Marlow, 2002).
Jika telur telah berwarna abu-abu muda, maka induk dipindahkan ke dalam bak penetasan Salinitas media penetasan telur yaitu 5 ppt berupa  conical tank atau bak fiber.  Sebelum dimasukkan ke dalam wadah penetasan, induk direndam dalam larutan formalin 15-20 ppm atau copper sulphate 0,2-0,5 selama 30 menit (New dan Marlow, 2002).

Pemeliharaan Larva

Bak pemeliharaan larva berupa fiber kapasitas 1-2 tonAir pemeliharaan larva dengan salinitas 5 ppt dan dinaikkan setiap hari hingga salinitas pemeliharaan antara 10 -15 pptLarva yang telah dihitung dimasukkan ke dalam bak pemeliharaan dengan cara diadaptasikan perlahan-lahan.  Kepadatan larva dalam bak pemeliharaan yaitu  50-75 ekor/liter. 
Perkembangan larva terdiri dari 11 stadia sebelum bermetamorfosis menjadi post larva.  Sifat larva yang umum adalah planktonis, aktif berenang, dan tertarik oleh sinar tetapi menjauhi sinar matahari yang kuat.  Pada fase larva cenderung bersifat berkelompok, namun semakin lanjut umurnya akan semakin menyebar dan individual serta bersifat bentik.  Larva stadia I dengan panjang kurang dari 2 mm (dari ujung rostrum sampai ujung telson). Pada stadia XI mencapai panjang sekitar 7 mm (New dan Marlow, 2002).
Persyaratan produksi benih udang galah berdasarkan SNI No.  6486.2-2000 dapat dilihat sebagai berikut :
           
6.        Pemberian Pakan

Pakan merupakan faktor penting yang menunjang pertumbuhan udang galah.  Larva yang baru menetas belum memerlukan makanan tambahan karena masih mempunyai persediaan makanan dalam kuning telurnya.  Pakan tambahan diberikan setelah larva berumur 2-3 hari.
Jenis makanan yang cocok untuk larva yaitu naupli artemia.  Naupli artemia ditetaskan dalam wadah terpisah berupa wadah khusus dengan bentuk bulat kerucut. Media penetasan menggunakan air laut dengan salinitas 25-30 ppt dan selama penetasan diberi aerasi.  Lama penetasan antara 24-30 jam.
Pemanenan artemia dilakukan dengan cara mematikan aerasi dan didiamkan selama 30-60 menit, supaya naupli berkumpul di bawah.  Setelah naupli terkumpul di bawah, kran dibuka dan naupli ditampung dalam saringan 200 mikron.  Naupli yang telah dipanen dicuci dengan air tawar dan ditampung dalam wadah.
Naupli artemia diberikan mulai hari ke-2 sampai post larva. Jumlah naupli artemia yang diberikan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1.  Jumlah pemberian naupli artemia per larva/hari

Hari ke-
Naupli artemia
3
4
5-6
7
8
9
10-11
12
13-14
15-24
25-30
>30
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
45
40
Sumber : Aquacop, 1983

Selain naupli artemia, larva memerlukan pakan buatan (egg custard ) yang diberikan pada umur 8 hari sampai post larva (PL). Jumlah pakan buatan yang dibutuhkan untuk satu siklus pemeliharaan yaitu 7,5 kg dalam 5 ton bak pemeliharaan dengan padat tebar 50 ekor/liter (New dan Marlow, 2002). 
Pakan egg custard terbuat dari telur yang di campur dengan daging ikan segar, susu berkalsium, vitamin dan tepung.  Pakan ini dibuat dengan cara mencampur semua bahan dan dihaluskan.  Pengukusan dilakukan selama ± 30 menit.  Pakan yang telah masak disaring dengan ayakan mesh size 0,5 mm untuk larva berumur sampai 15 hari.  Larva yang berumur lebih dari 15 hari sampai post larva, mesh size saringan yaitu 1 mm. Penyiponan dilakukan setelah larva mulai diberi pakan buatan dan pergantian air sebanyak 25 % - 50 %.

7.    Pemanenan Juvenil/ Post Larva

            Larva berkembang menjadi post larva berkisar 30-45 hari.Panjang total post larva setelah bermetamorfosis berkisar 7-10 mm dengan berat 6-9 mg.  Post larva bersifat bentik dan mempunyai toleransi pada perubahan salinitas.  Pada fase juwana sampai dewasa udang galah mempunyai toleransi berkisar antara 0 -10 g/L (ppt).  Tubuh post larva trasparan dengan warna hijau kebiru-biruan sampai coklat.
Pemanenan juvenil/post larva bertujuan mengumpulkan benur untuk dijual atau didederkan lebih lanjut. Pemanenan dilakukan jika PL telah mencapai 80 %.  Media pemeliharaan diturunkan salinitasnya secara bertahap yaitu 2 ppt/hari  hingga mencapai 0 -5 ppt.  Peralatan panen yang perlu disiapkan adalah seser PL, waskom, plastik packing dan tabung oksigen. Air diturunkan dengan mencabut pipa goyang. Juvenil diserok sedikit demi sedikit ketika air tersisa sedalam 10 cm. Juvenil yang sulit diserok atau tersisa sedikit dapat dipanen lewat lubang outlet dengan mencabut pipa outlet bagian dalam bak.

8.        Kesimpulan

Pembenihan udang galah dapat dilakukan dengan menggunakan sistem air jernih (clear water system). Proses pemijahan udang galah secara indoor adalah teknik yang paling sederhana. Teknik ini sederhana dalam operasional harian dan manajemen induk hatchery relatif mudah. Induk dipijahkan dalam bak terkontrol dan dilakukan seleksi induk yang telah membawa telur. Penetasan telur dilakukan dalam bak conical.  Larva yang telah mencapai post larva dengan waktu 35-45 hari dapat diadaptasikan ke dalam air pemeliharaan sampai 0-5 ppt untuk dilakukan pentokolan atau di tebar di kolam/tambak.

Ucapan Terima Kasih

            Para penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh rekan staf Divisi Pembenihan Udang Galah BBAP Ujung Batee atas seluruh data dan informasi tentang pembenihan udang galah di bak terkontrol.

Daftar Pustaka

De Abromo, L. R., W.H. Daniels, M.W. Fondren dan M. W. Brunson.  1995.  Management Practices for Culture of fresh water Prawn (Macrobrachium rosenbergii) in Temperate Climates.  Mississipi Agricultural and Forestry Experiment Station.  Mississipi.

Hadie, L.E., W. Hadie dan O.  Praseno.  2001.  Distribusi geografis dan karakteristik ekologi udang galah (Macrobrachium rosenbergii de Man).  Prosiding Workshop Hasil Penelitian Budidaya Udang Galah.  Jakarta 26 juli 2001.  pp 48-55.

New, M.B.  2002.  Farming Fresh Water Prawns, A Manual for the Culture of The Giant River Prawn (Macrobrachium rosenbergii).  Food and Agriculture Organization of The United Nations.  Roma. 
Oemarjati, B.S dan W.  Wardhana.  1990.  Taksonomi Avertebrata.  Pengantar Praktikum Laboratorium.  Universitas Indonesia.  Jakarta.

SNI 01-6486.2-2000.  Benih Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) Kelas Benih Sebar.  Badan Standardisasi Nasional.  Jakarta.