06/08/10

Kesuksesan Budidaya Lambouh secara Sederhana

Edisi yang lalu kita pernah berjumpa dengan materi budidaya udang secara organic. Tapi sepertinya materi tersebut saya rasa kurang akrab di telinga para sahabat petambak. Mudahnya, yang organic itu yang aman bagi manusia dan lingkungan. Jadi kalau begitu banyak dong budidaya ikan yang tidak aman karena banyak yang belum bisa disebut organic? Ya mungkin memang begitu. Maksudnya yang punya teori organic adalah selain manusia menjaga dirinya dia juga harus menjaga lingkungan karena lingkunganlah yang menjaga manusia. Jika lingkungan Anda kotor, makan tidak terkontrol tanpa tahu gizi, pakai obat asal-asalan maka akhirnya Anda akan rentan terkena penyakit.

Namun, pada umumnya orang memang menganggap kalau yang disebut organic itu ya tanpa obat-obatan atau jelasnya tanpa teknologi (bukan tanpa otak lho!). Saya tidak sedang berbohong, buktinya memang tulisan di media massa memuat yang seperti itu. Koran Tempo pernah menulis demikian. Ada seorang peternak lele di Jawa yang hanya menggunakan kotoran sapi untuk membesarkan lelenya kemudian menyatakan kalau itu organic. Non sense! Organic juga punya aturan, bukan sembarang tanpa teknologi atau asal pakai segala jenis kotoran. Organic yang dicetuskan para ahli lingkungan dan ekologi pertanian itu punya aturan main, punya organisasi dan punya risetnya juga. Mereka punya yang disebut sebagai IFOAM singkatan dari International Federation of Organic Agricultural Movement, kelompok di dunia yang menggerakkan pertanian organic.
Untuk budidaya udang, ini memang belum lama, terus aturannya juga sering direvisi. Tapi kira-kira seperti ini.
Spesies Asli (indigenous species)
Para ahli ekologi khawatir jika spesies-spesies asli suatu daerah dipindah dan dikembangkan di daerah lain akan berakibat buruk pada daerah barunya, contohnya hancurnya keseimbangan ekologi disitu karena terganggunya siklus biogeokimiawi (lihat; Fundamentals of Ecological Stoichiometry-nya Elser)secara cepat atau pun lambat (wah mulai pusing nih!). contoh lain yang mudah begini, jenis udang yang aneh ini kan punya perilaku berbeda seperti dimana dia cari makan dan apa yang dimakan, tidur, kawin sampai penyakitnya pun beda. Siapa tahu udang asing ini bawa penyakit ganas yang dia sendiri aman tapi jenis lain kalang kabut. Siapa tahu dia rakusnya bukan main sehingga udang local tersingkir padahal mungkin udang local ini bermanfaat bagi bermacam-macam makhluk lain yang bergaul dengannya secara langsung atau tidak langsung. Tapi untuk syarat yang ini kita nggak pusing kok. Kita masih punya udang lambouh dan udang windu yang asli Indonesia.

Proses Pembuatan Benih Udang
Ahli organic ini umumnya orang beradab jadi mereka sayang kehidupan. Jadi kalau ada hewan dipaksa kawin dengan dipotong matanya maka mereka gusar, frustasi dan marah. Ini terjadi pada udang windu kita. Tapi ternyata mereka toleran juga. Bolehlah dipotong tapi jangan terus-terusan carilah cara lain sampai ketemu, kata mereka.
Habis telur menetas. Anaknya nggak boleh dikasih obat-obatan karena obat-obatan manusia yang diberikan ke hewan takutnya bakterinya sulit diobati lagi nanti malah bahaya bagi manusia. jadi diusahakan jangan sampai sakit. Caranya buatlah lingkungan bersih, air yang sehat, sering buang kotoran di bak, ganti air baru dan masukkan bakteri baik ke dalam air. Intinya keseimbangan harus dijaga sampai sekecil-kecilnya.
Namun sayang jarang pembenihan yang begini. Saking tolerannya ahli organic maka mereka membuat solusi yakni benih tersebut harus hidup di luar selama 2 kali umur ketika di dalam hatchery agar bisa dikonsumsi. Tujuannya supaya racun-racunnya hilang
Proses Pembesarannya
Ini juga soal yang mudah-mudah gampang. Inginnya udang ini dipelihara di lingkungan yang ideal tanpa penyakit dan tanpa kekerasan. Maksudnya, udang yang sehat dan tidak pakai obat-obatan membuat kita bisa makan tanpa bayang-bayang kekhawatiran. Bakau-bakau yang telah menyelamatkan alam pantai baiknya dilestarikan atau jangan ditebang gundul untuk jadi tambak semua. Udang juga perlu hidup nyaman, tanpa berdesak-desakan. Ruang gerak atas dan bawah yang cukup untuk menunjang pakan alaminya dan pengenceran kotoran dan penghancurannya. Jadi dia juga happy. Dengan demikian tidak diperlukan banyak pakan tambahan, kincir atau pompa penambah kelarutan oksigen. Walaupun tidak mendukung industrialisasi perudangan namun untuk rakyat jelata ini bisa jalan.
Hubungannya dengan kita?
Jelas kuat ! Perlu diingat mayoritas tambak kita adalah tambak tradisional tanpa pakan (bukan tanpa makan) buatan ! Oleh karena itu kali ini akan saya singgung sedikit untuk menjelaskan kabar yang tidak kurang penting yakni kesuksesan Ujung Batee dalam produksi udang tradisional. Sabar, jangan sinis dulu ! ini tradisional plus jadi bukan sembarang tradisional. Coba disimak tulisan ilmiah saya berikut:
“Budidaya udang lambouh secara tradisional perlu dilakukan sebagai bahan percontohan bagi masyarakat Aceh yang pada umumnya masih melakukan budidaya dengan system tersebut. Perekayasaan dilakukan di tambak tradisional dengan luas 600 m2. Benih udang lambouh PL18 ditebar dengan kepadatan 8 ekor/m2. Pergantian air tidak dilakukan kecuali penambahan air tawar untuk mengganti kehilangan air karena penguapan dan perembesan. Dengan penambahan air tawar tersebut, salinitas turun secara bertahap dari 25 ppt ke 5 ppt. Pakan awal mengandalkan pakan alami yang tumbuh dari kesuburan tanah tambak tanpa pemupukan. Pakan diberikan setelah pakan alami habis yakni hari ke-45 (DOC). Panen dilakukan pada hari ke-88 ketika terlihat biomassa udang tidak sesuai dengan daya dukung tambak. Jumlah biomassa hasil panen yakni 59 kg dengan berat rata-rata 16.65 gr atau kepadatan biomassa 100 gr/m2. Nilai FCR diperoleh sebesar 0,68 dan Kelangsungan hidup 77%.” (Sumber: Sahidhir, et al. 2010)
Maksud saya disini adalah ingin menunjukkan bahwa tambak tradisional juga bisa efektif yakni hanya dengan modal pakan 0,68 kg dapat dihasilkan udang 1 kg ! lho kok bisa terus mana yang 0,32 kg ? disinilah peran pakan alami ada dari cacing, jentik nyamuk dan zooplankton lain. (Dalam hal ini kita berpikir awam saja, tidak sedang membandingkan efisiensi konversi pakan dengan biomassa udang secara berat kering). Dengan modal segitu bisa didapatkan udang 100 gr/m2 atau sekitar 1 ton/ha (Oo itu masa jayanya kakek saya tahun 80an, kata Anda). Mungkinkah dari luas 600 m2 kita ramalkan untuk yang 10.000 m2. Sangat mungkin kawan ! asal semuanya ceteris paribus kecuali luas. Namun yang ceteris paribu-lah yang kadang sulit. Saya menantang Anda untuk menguji pernyataan diatas. Jika ini terjadi maka petani tradisional akan cepat kaya karena dengan input terbatas dapat dihasilkan Rp.40 juta/ha/siklus sekaligus membantu konsumen untuk menyelamatkan kesehatan
Jadi organic dengan efektifitas tinggi adalah mungkin. Suatu hari ketika manusia sudah lebih sempurna memahami hubungan rumit berbagai factor hidup dan tak hidup maka ekologi akan terdepan mengarahkan langkah kita.
Kita kembali ke diskusi. Jadi yang sebenarnya dilakukan Ujung Batee adalah menyediakan benih sehat unggul dari induk udang local dari Aceh Jaya yang kita sebut lambouh tanpa ablasi, lalu memeliharanya di tambak tanpa ganti air, kincir atau pompa sampai panen. Mungkin orang ekologi akan menyebut ini mesocosmos (jika tanpa pakan sedikit pun) yakni sebuah lingkungan agak luas (50-500.000 m2) yang seluruh penyusun rantai makanannya seimbang tanpa butuh input luar (walaupun ada pengecualian syarat-syarat). Di dalam lingkungan ini kita memelihara udang sampai ukuran dimana udang tidak mampu lagi ditopang oleh lingkungan alaminya. Atau penyelesaiannya adalah panen sebagian jika ingin ukuran udang lebih besar.
Ringkasnya dengan dipenuhinya syarat-syarat budidaya udang secara organic diatas maka tambak tradisional Ujung Batee dapat dijadikan sebagai calon rujukan operasional tambak secara organic. Kami menerima komunikasi lebih lanjut.