02/08/10

Suplemen Pakan dan Waktu Adaptasi Salinitas untuk Nila




Adaptasi Ikan Nila  telah banyak dilakukan dan cukup berhasil. Perekayasaan ini bertujuan untuk memperbaiki teknik adaptasi nila merah tersebut dengan penambahan suplemen pakan dan waktu adaptasi. Suplemen pakan mengacu pada kebutuhan fisiologis ikan dalam kondisi adaptasi (vitamin C, ATP, dan NaCl). Percobaan bertujuan untuk melihat kelangsungan hidup, pertumbuhan dan konversi pakan benih Ikan Nila . Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan yakni A (adaptasi 5 ppt/hari + suplemen), B (adaptasi 5 ppt), C (adaptasi 2 ppt/hari + suplemen), D (adaptasi 2 ppt/hari).  Benih Ikan Nila  yang digunakan berukuran rata-rata 10,11 gr/ekor dengan padat tebar 10 ekor dalam akuarium berukuran 60 x 40 x 40 cm3 (volume air 100 l). Percobaan dilakukan selama 20 hari. Hari terakhir dilakukan pengukuran SR, SGR, dan FCR. Rasio konversi pakan (FCR) dan laju pertumbuhan harian (SGR) terbaik diperoleh pada perlakuan C yaitu dengan menaikkan salinitas 2 ppt setiap hari dan ditambah suplemen pakan. Pada salinitas 2 ppt energi yang dibutuhkan untuk adaptasi rendah sehingga saving energi untuk pertumbuhan lebih besar, dengan penambahan suplemen pada akhirnya menurunkan nilai konversi pakan. Kelangsungan hidup yang tidak berbeda nyata menunjukkan bahwa dalam rentang kenaikan salinitas 2-5 ppt/hari masih dapat ditolerir oleh Ikan Nila . 
Kata-kata kunci: adaptas salinitas, Ikan Nila , suplemen pakan,waktu adaptasi
ADAPTASI SALINITAS IKAN NILA AIR TAWAR TERHADAP AIR PAYAU
DENGAN PERBAIKAN SUPLEMEN PAKAN DAN WAKTU ADAPTASI
Oleh : Ibnu Sahidhir
I.                   PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pasca tsunami, produktifitas tambak udang di Aceh menurun. Penyebabnya terdiri dari banyak faktor seperti menurunnya kualitas lingkungan perairan, pendangkalan tambak, kualitas induk yang semakin rendah, penyakit, dan cara budidaya yang buruk. Produktifitas rendah ini menyebabkan usaha budidaya udang menjadi tidak layak secara ekonomis, sehingga banyak tambak diterlantarkan atau beralih ke komoditas lain seperti bandeng dan mujair.
Ikan Nila yang dikonsumsi sebagian masyarakat Aceh sekarang pada umumnya adalah hasil budidaya air tawar. Ikan Nila bersifat euryhaline yakni mampu hidup dalam rentang salinitas yang lebar (0–35 ppt). Sehingga diversifikasi spesies dengan pengembangan budidaya Ikan Nila di tambak layak dilakukan.
Salinitas merupakan faktor penting dalam budidaya ikan/udang di lingkungan pertambakan. Pengembangan Ikan Nila di tambak perlu mengkaji beberapa hal yang berhubungan dengan salinitas seperti teknik adaptasi Ikan Nila dari air tawar ke air payau, pengaruh salinitas terhadap produktifitas induk dan pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih.
 Hal-hal yang ditemukan dalam adaptasi Ikan Nila air tawar ke air payau yakni munculnya penyakit setelah adaptasi dan menurunnya pertumbuhan. Sehingga perlu dikaji teknik untuk meningkatkan keberhasilan pengadaptasian Ikan Nila ke air payau. Adaptasi Ikan Nila terhadap kenaikan salinitas meliputi perubahan histologis insang, usus, dan ginjal. Kemudian berlanjut kepada aktifitas fisiologis yakni mempertahankan keseimbangan internal garam-garam mineral dalam sel dan di luar sel.
Peningkatan kemampuan adaptasi dapat dilakukan dengan memperbaiki kondisi internal ikan dan kondisi eksternal secara bertahap.       Peningkatan kemampuan adaptasi secara internal diusahakan dengan pemberian pakan yang cocok dengan kondisi kritis saat adaptasi yakni dengan meningkatkan suplai energi dalam bentuk ATP, meningkatkan kadar garam NaCl cairan internal dan meningkatkan kekebalan tubuh dengan asupan vitamin C. Sedangkan secara eksternal dapat diperbaiki dengan meningkatkan salinitas media secara bertahap.
1.2. Tujuan
Meningkatkan kemampuan adapatsi Ikan Nila
1.3.   Sasaran
Meningkatkan SR dan memperbaiki FCR
II.                TEORI
1.      Ikan Nila bersifat euryhaline dan dapat hidup dalam rentang salinitas 0-35 ppt. (Watanabe, 1997) Menurut Hussain (2004) secara hirarkis taksonomi Ikan Nila terletak dalam klasifikasi sebagai berikut:
         Phyllum           :  Chordata
         Sub phyllum    :  Vertebrata
         Class                :  Pisces
         Sub class         :  Acanthopterigii
         Family             :  Cichlidae
         Genus              :  Oreochromis
         Species            :  Oreochromis sp.
2.            Keberhasilan adaptasi salinitas ditunjukkan oleh kelangsungan hidup yang tinggi dan pertumbuhan yang normal. Kesehatan ikan dapat ditingkatkan dengan menambah asupan nutrisi dalam pakan. Vitamin C berfungsi untuk meningkatkan ketahanan tubuh ikan sehingga pada saat kondisi lingkungan buruk kesehatan ikan tetap terjaga (Steffens, 1989). Dalam kondisi lingkungan buruk, ikan membutuhkan energi lebih dalam bentuk ATP (adenosin trifosfat) yakni senyawa biokimia berenergi tinggi yang langsung dapat digunakan untuk energi sel (Uchida et al, 1997). Ikan-ikan anadromous (berpindah dari laut ke sungai atau sebaliknya) meningkatkan sel klorid mereka ketika berada pada kondisi kritis saat terjadi guncangan salinitas. Sel klorid memiliki kemampuan lebih dalam transpor aktif ion-ion (Sharaf et al, 2004). Penambahan garam bertujuan meningkatkan tekanan osmotik cairan sel (intrasel dan ekstrasel) seiring meningkatnya tekanan osmotik lingkungan (Steffens, 1989).
3.            Salinitas atau kadar garam adalah jumlah kandungan bahan padat dalam satu kilogram air laut, seluruh karbonat telah diubah menjadi oksida, brom dan yodium telah disetarakan dengan klor dan bahan organik telah dioksidasi. Secara langsung, salinitas media akan mempengaruhi tekanan osmotik cairan tubuh ikan. Apabila osmotik lingkungan (salinitas) berbeda jauh dengan tekanan osmotik cairan tubuh (kondisi tidak ideal) maka osmotik media akan menjadi beban bagi ikan sehingga dibutuhkan energi yang relatif besar untuk mempertahankan osmotik tubuhnya agar tetap berada pada keadaan yang ideal. Pembelanjaan energi untuk osmoregulasi, akan mempengaruhi tingkat konsumsi pakan dan konversi menjadi berat tubuh (Sharaf et al, 2004).
4.            Osmoregulasi merupakan upaya hewan air untuk mengontrol keseimbangan air dan ion antara di dalam tubuh dan lingkungannya melalui mekanisme pengaturan tekanan osmosis. Untuk organisme akuatik, proses tersebut digunakan sebagai langkah untuk menyeimbangkan tekanan osmosis antara substansi dalam tubuhnya dengan lingkungan melalui sel yang permeabel. Dengan demikian, semakin jauh perbedaan tekanan osmotik antara tubuh dan lingkungan, semakin banyak energi metabolisme yang dibutuhkan untuk melakukan osmoregulasi sebagai upaya adaptasi, hingga batas toleransi yang dimilikinya. Pemahaman ini sangat penting dalam mengelola kualitas air media pemeliharaan terutama salinitas. Regulasi ion dan air pada ikan terjadi hipertonik, hipotonik atau isotonik tergantung pada perbedaan (lebih tinggi, lebih rendah atau sama) konsentrasi cairan tubuh dengan konsentrasi media (Villee et al, 1996). Perbedaan tersebut dapat dijadikan sebagai strategi dalam menangani komposisi cairan ekstraselular dalam tubuh ikan. Ikan-ikan euryhalin, memiliki kemampuan cepat menyeimbangkan tekanan osmotik dalam tubuhnya dengan media.
III.              MATERI DAN METODE
3.1 Materi 
        
         Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini meliputi pakan, suplemen pakan dan perekat suplemen (foto 1.). Pakan utama mengandung kadar protein 40%. Suplemen pakan terdiri dari vitamin C, ATP, dan NaCl. Sebagai perekat digunakan tepung kanji yang diencerkan. Akuades berguna sebagai pelarut suplemen dan pengencer tepung kanji. Berikut ini bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan.
Tabel 1. Bahan-bahan yang digunakan dalam perekayasaan "Suplemen Pakan dan Waktu Adaptasi untuk Penyesuaian Benih Ikan Nila Air Tawar terhadap Air Payau"
No.
Bahan-bahan
Ukuran
1.
Vitamin C
2000 mg
2.
ATP (Biosolamine)
40 ml
3.
NaCl
500 g
4.
Tepung kanji
100 gr
5.
Akuades
250 ml
6.
Pakan udang (protein 40%)
5 kg
Peralatan yang digunakan meliputi wadah dan sarana pemeliharaan ikan, alat ukur dimensi benda (panjang, berat), alat ukur kualitas air dan alat tulis untuk pengamatan. Berikut ini rincian peralatan yang digunakan dalam perekayasaan ini.
Tabel 2.  Peralatan yang digunakan dalam perekayasaan "Suplemen Pakan dan Waktu Adaptasi untuk Penyesuaian Benih Ikan Nila Air Tawar terhadap Air Payau"
No
Alat
Ketelitian/dimensi
Unit
Fungsi
1.
Akuarium
12
Tempat Pemeliharaan
2.
DO meter
0,01 mg/l, 0,1 0C
1
Mengukur kadar O2 terlarut, suhu
3.
Refraktometer
1 ppt
1
Mengukur salinitas
4.
Timbangan digital
1 mg
1
Menimbang ikan
5.
Penggaris
1 mm
1
Mengukur volume akuarium
6.
Ember
20 l
2
Untuk mengangkut air
7.
Gelas beaker
500 ml
1
Wadah untuk memanaskan air
8.
Sendok pengaduk
-
2
Untuk mencampur suplemen dan tepung kanji
9.
Heat stirer
-
1
Pemanas air dan pengaduk
10.
Alat tulis
-
1
Menulis pengamatan
11.
Selang air
3 m
2
Membuang air dari aquarium
12.
Serok Ikan
-
1
Menangkap ikan
13.
pH meter
0,1
1
Mengukur pH
14.
Aerasi
-
12
Menambah kelarutan
3.2. Metode
Akuarium berdimensi 60x40x40 cm3 sebanyak 12 buah diisi dengan air tawar 100 liter, kemudian dipasangkan 1  titik aerasi.
2.            Penebaran benih
Benih Ikan Nila dimasukkan dalam masing-masing aquarium sebanyak 10 ekor dengan berat rata-rata 10 gr.
3.            Penambahan suplemen dan pemberian pakan
Penambahan suplemen dilakukan dengan cara sebagai berikut:
  1. Air 250 ml dipanaskan dengan heat stirer sampai hangat.
  2. Garam dapur diencerkan.
  3. Tepung kanji dimasukkan 100 gr ke dalam air hangat diaduk merata.
4.      Tepung kanji terus diaduk sampai dingin kemudian ditambahkan vitamin C dan garam yang sudah diencerkan, dan biosolamine.
  1. Suplemen dimasukkan dalam waskom kemudian disusul pakan.
  2. Aduk semua bahan sehingga suplemen tercampur merata.
  3. Pakan dikeringanginkan  dan  siap dipakai
8.      Pemberian pakan tiga kali sehari yakni pada pukul 08.00, 13.00 dan 17.00 WIB sebanyak 15 % dari berat badan ikan.
4.            Adaptasi Salinitas
Media awal pemeliharaan bersalinitas 0 ppt, kemudian salinitas dinaikkan secara bertahap. Percobaan ini dibuat dalam 4 perlakuan dan 3 ulangan yakni:
A.          Peningkatan salinitas 5 ppt/hari
B.           Peningkatan salinitas 5 ppt/hari dengan suplemen vitamin C, garam, dan ATP
C.           Peningkatan salinitas 2 ppt/hari
D.          Peningkatan salinitas 2 ppt/hari dengan suplemen vitamin C, garam, dan ATP
Adaptasi salinitas dilakukan dengan menambahkan air garam dalam setiap perlakuan. Garam dapur cara diencerkan ke dalam air sampai jenuh, kemudian larutan garam ini dicampur dengan air tawar dengan perbandingan tertentu hingga didapat kenaikan salinitas yang diinginkan menggunakan refraktometer. Setelah ikan uji diadaptasikan maka ikan di pelihara sampai hari ke-20 untuk mempermudah identifikasi SGR dan FCR.
5.            Pemeliharaan benih dan pengamatan
Selama pemeliharaan ikan nila di Akuarium diberi pakan dalam bentuk pakan udang dengan kadar protein 40 % yang telah diberi suplemen. Pada saat percobaan dilakukan juga pengukuran kualitas air seperti DO meter, suhu, salinitas dan pH. Tingkah laku ikan diamati saat percobaan.
Untuk mengetahui laju pertumbuhan maka dilakukan pengukuran berat   pada akhir percobaan untuk mengetahui berat ikan uji selama pemeliharaan dengan menggunakan timbangan elektrik. Perhitungan kelangsungan hidup benih (SR) dilakukan dengan cara menghitung jumlah ikan pada awal dan akhir penelitian.

IV.              HASIL DAN PEMBAHASAN
   Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kelangsungan hidup Ikan Nila tidak berbeda antar perlakuan (100%). Ini berarti standar adaptasi salinitas <5 ppt/hari dapat ditolerir oleh Ikan Nila.
Tabel 3.  Kelangsungan Hidup (SR) pada adaptasi salinitas Ikan Nila air tawar ke air payau
Ulangan
Kelangsungan Hidup (SR)
A
B
C
D
1
100
100
100
100
2
100
100
100
100
3
100
100
100
100
Rata-rata
100
100
100
100
Secara harfiah laju pertumbuhan harian (SGR) terbaik diperoleh pada perlakuan C (2 ppt+suplemen) yakni 6,7%/hari dengan FCR 1,38. Laju pertumbuhan harian (SGR) dan rasio konversi pakan (FCR) antar perlakuan berbeda nyata secata statistik yakni ditunjukkan oleh hasil SGR dan FCR terendah perlakuan A, sedangkan perlakuan B, C, D tidak berbeda.
Tabel  4. Laju Pertumbuhan Harian (SGR) pada adaptasi salinitas Ikan Nila air tawar ke air payau
Ulangan
 Laju Pertumbuhan Harian (SGR)
A
B
C
D
1
6.5
7.9
5.7
6.8
2
5.6
6.0
7.6
6.1
3
6.5
5.9
6.7
7.0
Rata-rata
6.2
6.6
6.7
6.6
Ikan di air tawar menghadapi kondisi kehilangan garam internal dan masuknya cairan eksternal ke dalam tubuh. Sedangkan pada air laut ikan mengalami pemasokan garam eksternal ke dalam tubuh dan pengeluaran cairan internal tubuh. Seperti yang diungkapkan Sharaf et al. (2004), terdapat perubahan histologi terjadi di insang ketika Ikan Nila air tawar diadaptasikan ke salinitas yang lebih tinggi yakni meningkatnya cell chloride dan enzym Na+K+ATPase. Cell chloride ikan di air laut lebih banyak daripada di air tawar. Sel tersebut kaya akan mitokondria yang berfungsi dalam proses penyediaan ATP untuk pompa aktif garam-garam mineral. Selain itu terjadi pula perubahan permeabilitas pada jaringan epitel usus dan nefron ginjal untuk mengatasi kenaikan tekanan osmotic ini.
Kondisi isosmotik sel cairan internal vertebrata air mencapai level 0,9%-1% (9-10 ppt) (Ville, 1996). Pada kondisi ini ikan hanya sedikit menggunakan energi metabolisme untuk proses osmoregulasi. Kenaikan salinitas yang terlalu cepat tidak dapat ditolerir oleh ikan karena akan mengakibatkan hidrasi atau dehidrasi parah. Sebab ini akan mengakibatkan perubahan kondisi kimiawi sel terutama pH sehingga metabolisme menjadi terganggu. Secara histologis ini disebabkan karena sel atau jaringan yang berhubungan dengan proses osmoregulasi belum berkembang dengan baik.
Tabel  5.  Rasio Konversi Pakan (FCR) pada adaptasi salinitas Ikan Nila air tawar ke air payau
Ulangan
Rasio Konversi Pakan (FCR)
A
B
C
D
1
1.54
1.55
1.39
1.44
2
1.47
1.59
1.40
1.47
3
1.47
1.70
1.35
1.37
Rata-rata
1.49
1.61
1.38
1.43
Kenaikan salinitas 2 ppt/hari dan pemberian suplemen memberikan hasil terbaik karena kenaikan tekanan osmotik air pada perlakuan ini memberikan kesempatan pada Ikan Nila untuk mengembangkan jaringan osmoregulatornya. Oleh karena itu kebutuhan energi lebih rendah menyebabkan tingkat konversi pakan menjadi lebih baik yang berpengaruh pada pertumbuhan yang baik.
V. KESIMPULAN
Secara umum kelangsungan hidup dari beberapa perlakuan tidak berbeda. Pemberian suplemen pakan dan waktu adaptasi dapat memperbaiki FCR (Rasio Konversi Pakan) dan pertumbuhan. Hasil terbaik diperoleh pada perlakuan 2 ppt/hari ditambah suplemen (NaCl, ATP dan Vitamin C) dengan laju pertumbuhan harian 6,7%/hari dan konversi pakan 1,38. Kenaikan salinitas 2ppt/hari membutuhkan energi lebih rendah sehingga tingkat konversi pakan menjadi lebih baik yang berpengaruh pada pertumbuhan yang baik.
UCAPAN TERIMA KASIH
Para penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh rekan staf Divisi Pembenihan Tilapia BBAP Ujung Batee atas seluruh kerjasamanya dalam perlaksanaan perekayasaan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Hussain, M.G. 2004. Farming of Tilapia: Breeding Plans, Mass Seed Production and Aquaculture Techniques. 149 p.
Sharaf, M.M., Sharaf , S.M., and El Marakby, H.I. 2004. The Effect of Acclimatization of Freshwater Red Hybrid Tilapia in Marine Water. Pakistan Journal of Biological Sciences 7 (4): 628-632, 2004.
Steffens, W. 1989. Principles of Fish Nutrition. John Wiley and Sons, New York. 384 p.
Uchida, K., Kaneko, T., Yamaguchi, A., Ogasawara, Y., Hirano, T., 1997. Reduced hypoosmoregulatory ability and alteration in gill chloride distribution in mature chum salmon (Oncorhynchus keta) migrating upstream for spawning. Mar. Biol. 129, 247–253.
Villee, C.A. dan Walker, W.F., 1999. Zoologi Umum, Terjemahan dari Zoology, oleh S. Nawangsari, Erlangga, Jakarta.
Watanabe, W.O., D.H. Ernst, B.L. Olla and R.I. Wicklund, 1997, Saltwater Culture of The Florida and Other Saline Tolerant Tilapias, in Tilapia Aquaculture in Americas. American Aquaculture Society. Pp. 55 – 141.