02/08/10

Kematian Massal pada Budidaya Udang Tradisional

@Ibnu Sahidhir
Pukul 10 pagi di tengah tambak yang mulai menyengat, Pak Amir terlihat sedang memompa air tambak. Sarung dan topinya yang lusuh mendukung mukanya yang lesu. Dibalik suasana yang kurang bersahabat ini ternyata telah terjadi kematian massal udang yang akan panen sekitar sebulan lagi.

Sama dengan hampir semua petambak tradisional lain, Pak Amir juga tak tahu mengapa tiba-tiba udangnya mati massal. Kelulushidupan terutama berhubungan dengan kualitas air. Petani tradisional tak pernah dilengkapi dengan peralatan kualitas air modern. Mereka pun tak tahu cara mengukur kualitas air yang bagus secara sederhana.


KEMATIAN MASSAL PADA BUDIDAYA UDANG
Studi Kasus di Kecamatan Jangka

Oleh : Ibnu Sahidhir, Syafrizal, Islahuttamam, Nurbariah

Hasil pengamatan lahan dan pengecekan kualitas air di beberapa tempat di Kecamatan Jangka (Desa Jangka Mesjid, Pante Paku, Pante Ranub) selama 24 jam memperlihatkan sesuatu yang memprihatinkan. Pada umumnya kedalaman tambak cukup dangkal sekitar 40 cm (caren keliling 70 cm) sehingga kualitas air naik turun drastis. Tambak-tambak juga kehilangan pohon mangrove/bakau sebagai penjaga iklim setempat. Ketinggian dasar saluran keluar air yang sama atau lebih tinggi dari dasar tambak menyebabkan air tambak tidak bisa dikeluarkan total.

Dua kualitas air yang jelas terpengaruh oleh kondisi itu adalah suhu dan kelarutan zat napas dalam air (DO). Tambak yang dangkal mengakibatkan suhu air mudah berubah karena massa air sedikit. Tidak adanya pepohonan di sekitar tambak menambah parah naik turunnya suhu. Tambak dangkal juga mendorong pertumbuhan lumut di dasar tambak (klekap) bukan tanaman renik (fitoplankton/tumbuhan sangat kecil), menurunkan produksi hewan renik (ukuran sangat kecil) dalam air dan akhirnya menurunkan hasil udang. Suhu tinggi juga menurunkan kelarutan zat napas dalam air.

Dasar saluran keluar air yang rendah menyebabkan pengeringan tambak tidak sempurna sehingga berakibat tingginya bangkai makhluk hidup di dasar tambak. Bangkai makhluk hidup yang tinggi memang meningkatkan jumlah hewan di dasar tambak. Sebagian penguraian bangkai makhluk hidup akan meningkatkan jumlah tumbuhan renik. Akan tetapi bangkai, hewan dasar tambak dan tumbuhan renik yang terlalu tinggi akan menurunkan kelarutan zat napas secara drastis terutama ketika tumbuhan renik tidak menghasilkan zat napas pada malam hari atau ketika mendung .

Pada pagi hari zat napas yang larut dalam air jatuh pada level sangat rendah (+1 ppm padahal standar budidaya harus melebihi 3 ppm). Bahkan pada beberapa tambak kelarutan zat napas amat sangat rendah (dibawah 1 ppm) padahal air jernih dan kondisi air dangkal (20 cm). Ini menunjukkan bahwa banyak makhluk hidup di dasar tambak yang menggunakan zat napas.
Suhu air juga cukup tinggi pada sore hari yakni mencapai 37 0C. Batas syarat suhu paling tinggi untuk budidaya udang adalah 32 0C. Naik turunnya suhu yang drastis akan mengganggu jalannya proses kehidupan dalam tubuh udang.

Beberapa petani juga mengatakan bahwa banyak kegagalan budidaya udang terjadi setelah hujan. Hal ini bisa dipahami karena saat hujan keasinan air, suhu, dan keasaman air turun drastis (ditambah adanya tanah asam).


SOLUSI:

Beberapa hal yang sulit diubah

Kedalaman air dan saluran termasuk hal-hal yang sulit diubah. Pengangkatan tanah butuh banyak biaya. Persoalan ini hanya bisa diatasi oleh lembaga sosial dengan dana besar. Keuntungan petani tidak mampu menutupi besarnya biaya pengangkatan lahan.

Beberapa hal yang mudah diubah

Suhu yang naik turun drastis dapat dikurangi dengan meninggikan kedalaman air (hasil pengangkatan), memasukkan air baru, menanam tanaman di sekitar tambak, dan memberi naungan dalam tambak. Kedalaman air akan mengurangi naik turunnya keasinan dan keasaman air saat hujan turun. Pemberian kapur dan penutupan pematang dengan plastik dan rerumputan dapat mengurangi penurunan keasaman air saat hujan di tambak. Zat napas dalam air yang turun pada pagi hari dapat dicegah dengan menjaga agar air tidak terlalu keruh (kecerahan air sekitar 35-40 cm). Cara yang lebih mahal adalah dengan menggunakan kincir air. Penempatan 1 kincir air mampu memperbaiki kelarutan oksigen pada tambak tradisional yang mengalami penurunan zat napas dalam air.*