20/11/10

Mengantisipasi Penuaan Kolam: Tanam Bergilir


@Ibnu Sahidhir
Secara seluler, manusia balita sampai remaja terbilang sangat aktif. Setelah dewasa, manusia menunjukkan produktifitas kerja yang optimal. Terakhir, menjadi tua berarti menurunnya produktifitas seluler dan kerja. 

Produktifitas kolam agak mirip pola ini; awal budidaya belum menunjukkan hasil optimal karena rendahnya pemanfaatan nutrien, pada siklus berikutnya produksi meningkat, lalu menurun bertahap dan akhirnya budidaya ikan menjadi sama sekali tidak menguntungkan. 

Kita sebut saja fenomena ini dengan istilah 'penuaan kolam'. Mengapa hal ini terjadi dan apa upaya pencegahannya atau jika memang tak dapat dibendung, langkah apa yang berguna untuk memperlambatnya ?

Tanah, lapisan bumi teratas, terdiri dari oksida aluminium dan silicon (aluminosilikat) yang bergabung secara kompleks dengan logam-logam. Secara umum tanah yang baik memiliki kandungan bahan organik sekitar 5%. 

Kurang dari itu menyebabkan tanah kurang subur, aktivitas mikrobiologi tanah yang rendah sehingga produktifitas primer rendah. Jika berlebihan, tanah menjadi kurang oksigen, dikuasai mikroba anoksik dan daya tukar kationnya rendah.   

Bahan Organik pada Sedimen  

Kondisi kelebihan bahan organic pada kolam-kolam budidaya ikan merupakan alasan klasik namun seringkali menjadi sumber bencana yang terjadi berulang-ulang. Kelebihan bahan organik akan berakibat porositas tanah rendah (rongga tanah menjadi sempit) dan terlalu jenuh air, nutriennya merangsang kegiatan mikroorganisme sehingga menyebabkan tanah dasar kekurangan oksigen. 


Akhirnya meningkatkan keasaman tanah. Kondisi anoksik ini menyebabkan proses mineralisasi bahan organic tersebut menurun. Akibatnya proses purifikasi tambak terhambat. Kelebihan bahan organic ini juga mengakibatkan pengendapan nutrient mikro di dasar tambak sehingga pemanfaatannya rendah.

Tanah yang tadinya berfungsi positif sebagai penyupai mineral dan penyeimbang nutrient dalam air malah berbalik menjadi gudang teror mikroorganisme berbahaya dan gas-gas beracun. Biota ikan dan udang dengan demikian akan kekurangan mineral yang berfungsi sebagai koenzim  pemercepat metabolism. 

Walhasil, pertumbuhan biota menjadi lambat dan daya tahan tubuh lemah. Kondisi ini sekaligus meningkatkan kelimpahan mikroorganisme anaerob yang cenderung pathogenic. Senyawa hasil keluaran metabolism anaerob ini umumnya beracun. Lengkaplah sudah penderitaan udang dan ikan peliharaan kita.

Contohnya pada lele kolam tanah vs terpal


Dekomposer
 
Selalu baik jika kita berpegang pada aturan umum 'semua yang berlebihan tidak baik'. Namun, bukan hal mudah untuk mengetahui proporsi seperti apa yang disebut tidak berlebihan itu. Semua terbuka lewat pengalaman dan pengamatan yang jeli.

Betul bahwa penambahan dekomposer berulang-ulang akan mereduksi kandungan bahan organik. Penambahan bakteri aerob akan meningkatkan kelimpahannya di alam dan proses ini hanya mengubah satu bentuk massa ke jenis massa yang lain. Sedangkan pembuangan bahan organik akan menjadi peristiwa yang inefisien karena menambah beban pemurnian lingkungan. 

Kondisi anaerob tidaklah benar-benar pro-kehancuran, walau waktu tempuh dekomposisi bahan organik lebih lama. Lumut dan cyanophyta dapat tumbuh dalam kondisi ini. Pengikatan kandungan nitrogen langsung dari udara oleh enzim nitrogenase tidak terlalu membutuhkan oksigen. 

Tumbuhan air lain pun yang sulurnya mencapai lapisan atas kolam beroksigen dapat tumbuh dengan baik. Dengan demikian dalam kondisi yang sama ada biota lain yang dapat beradaptasi. Contoh baik tentang suksesi ekologis.

Tanam Bergilir
 
Seperti dalam pertanian organik, perlu dilakukan tanam bergilir. Konversi nutrien dasar tambak menjadi biomassa tumbuhan baru, dapat dimanfaatkan oleh ikan omnivor atau herbivore. Nila dan bandeng sangat tepat untuk ini. 

Bagaimana langkah-langkahnya? Biarkan selama beberapa waktu supaya tanah tambak menumbuhkan klekap. Masukkan ikan-ikan pemakan tumbuhan tersebut. Jika di pola intensif ikan ditebar 50 ekor/m2, dengan cara ini cukup ditebar 2 ekor/m2. Biarkan mereka tumbuh tanpa pakan tambahan. Panen dapat dilakukan jika hasil monitoring pertumbuhan mingguan terlihat stagnan. 

Sisa bahan organik dari tahap ini akan menjadi pupuk bagi siklus berikutnya. Siklus selanjutnya ikan ditebar dengan padat tebar 1/5-1/10 dari sebelumnya. Ini karena massa nutrien telah berkurang dari hasil panen ikan siklus sebelumnya. 

Keuntungan

Sistem tanam bergilir intensif-ekstensif ini lebih ramah lingkungan dibanding dekomposisi aerob besar-besaran. Lebih baik dibanding pembuangan limbah terus menerus. 

Berkurangnya bahan organik yang telah dikonversi dalam biomassa ikan omnivor/herbivor dan juga efek bioturbulensi yang ditimbulkannya akan meningkatkan oksidasi dasar tambak, memperbaiki daya tukar kationnya, dan memacu perkembangan komunitas mikroba tanah yang sehat. Lingkungan seimbang ini akan menjaga produktifitas kolam dan mencegah penuaan kolam.