18/10/10

Ketersediaan Sarana Pendukung Akuakultur di Aceh

@Ibnu Sahidhir
Selain kemampuan pasar untuk menyerap produksi, pengembangan budidaya ikan dan udang membutuhkan ketersediaan benih yang cukup. Provinsi Nanggroe Aceh Darussalaam memiliki beberapa sentra balai benih ikan air tawar dan payau. Beberapa sentra benih ikan air tawar dan air payau yang cukup aktif berproduksi adalah Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee, Balai Benih Ikan (BBI) Sentral Toweran, Aceh Tengah dan BBI Jantho, Aceh Besar.


1.           Balai Benih Ikan Toweran,Takengon, Aceh tengah
              BBI Sentral Toweran dibangun diatas lahan seluas 3,5 ha terdiri dari 1 ha areal perumahan dan 2,5 ha areal perkolaman dibagi dalam 6 petak kolam induk dan 22 petak kolam pendederan. Operasional BBI Sentral Toweran dilaksanakan oleh 9 staf (2 sarjana, 6 SMU atau yang sederajat). Fasilitas meliputi Kantor, rumah karyawan, ruang auditorium, hatchery, peralatan kesehatan ikan, gudang pakan, rumah jaga, peralatan pembenihan.
              Target produksi BBI Sentral Toweran per tahun 1 juta ekor benih dengan rincian sebagai berikut: Kota Banda Aceh sejumlah 100.000 ekor, Kabupaten Bener Meriah sejumlah 300.000 ekor, Kabupaten Aceh tengah 600.000 ekor. Jenis komoditas yang dibudidayakan diantaranya adalah ikan nila varietas gift,  JICA, ikan wanayasa, ikan grass carp, ikan mas majalaya. Target produksi tahun 2008 lalu hanya tercapai 53% atau sejumlah 530.000 ekor benih. Hambatan utama tidak tercapainya target adalah sedikitnya jumlah induk dan kurangnya tenaga teknis.
              Produksi benih terbatas pada dua jenis ikan yakni ikan nila dan ikan mas. Berdasarkan persentase produksi, Benih ikan nila menempati proporsi 90% dan ikan mas 10% dari total produksi. Benih ikan berukuran 1-3 cm terjual sebanyak 136.650 ekor, benih berukuran 2-3 cm terjual 37.300 ekor, dan benih berukuran 3-5 cm terjual 5.950 ekor. Benih ikan yang diberikan secara gratis sebanyak 45.000 ekor sedangkan untuk restocking sejumlah 50.000 ekor. Lokasi distribusi benih ikan meliputi Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah. Keberadaan Balai Benih Ikan (BBI) Takengon, sebagai salah satu sumber benih dalam memenuhi ketersediaan benih air tawar untuk wilayah Aceh pada umumnya.

2. Balai Benih Ikan Jantho, Aceh Besar
              Balai Benih Ikan (BBI) Jantho terletak 400 meter dari permukaan air laut dan terletak 56  km dari pusat kota Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Laporan Tahunan BBI Jantho, 2008).
              Kapasitas produksi yang dimiliki oleh Balai Benih Ikan Jantho cukup kompetitif ini di tandai dengan produksi massal beberapa benih ikan yang merupakan produk unggulan antara lain    :
§  Benih ikan nila               :  471.400 ekor/tahun
§  Benih ikan Mas              : 472.300 ekor/tahun
§  Benih Ikan lele               : 7.500 ekor/tahun
Fasilitas yang dimiliki oleh Balai Benih Ikan Jantho didukung oleh beberapa fasilitas pendukung produksi antara lain :
§  Luas lahan                            : 22.500 m2,
§  Perkantoran                          : 105 m2,
§  Rumah Kepala BBI             : 1 Unit,
§  Laboratorium basah             : 1 unit,
§  Gedung perpustakaan          : 1 unit,
§  Mes penginapan                   : 9 kamar,
§  Aula pertemuan kapasitas    : 40 orang,
§  Rumah karyawan                 : 4 unit,
§  Mushalla                               :  1 unit   dan Gudang pakan 1 unit.

3. Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee, Aceh Besar
              Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis di Lingkup Departemen Kelautan dan Perikanan. Tugas Balai Budidaya Air Payau Mempunyai tugas pokok yaitu: Penerapan teknik pembenihan dan budidaya ikan air payau serta pelestarian sumberdaya induk/benih ikan dan lingkungan dengan wilayah kerja meliputi seluruh Sumatera. Keberadaan Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee, sebagai lembaga teknis  dapat memberikan andil yang cukup besar dalam mensuplay beberapa kebutuhan benih antara lain: ikan nila  (nila gesit, nila gift, nila merah dan nila putih), udang galah, kerapu macan, udang windu dan nener bandeng.
Kapasitas produksi benih Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee persiklus sebagai berikut  :
·         Benih Kerapu (60 hari)                       : 10.000 ekor
·         Nener Bandeng (30 hari)                    : 100.000 ekor
·         Benih Udang windu (8 bulan)                        : 6.600.000 ekor
·         Benih Ikan Nila  (1 bulan)                  : 50.000 ekor
Dari hasil kajian pembenihan sementara, produksi benih udang galah air payau menunjukkan hasil yang mengembirakan walaupun hasilnya belum mampu mencapai 40%, tetapi telah dapat diproduksi dalam skala kecil tetapi  kontinyuitas.
              Fasilitas Pusat layanan Laboratorium merupakan bagian dalam upaya menjawab berbagai persoalan teknis. Data-data hasil diagnosa laboratorium dapat dijadikan sebagai referensi dalam suatu kasus penyakit. Keberadaan Laboratorium teknis Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee dapat melakukan beberapa uji antara lain :
§  Uji PCR
§  Analisa Kualitas air dan Tanah
§  Analisa Mikrobiologi
§  Uji Histologi
§  Analisa Epidemologi

4. Dukungan teknologi
              Dukungan teknologi dalam kegiatan produksi sebagai, adalah upaya dalam peningkatan produksi semaksimal mungkin. Teknologi yang ramah, tepat dan mampu berdaya saing merupakan hal yang diharapkan dimasa yang akan datang, perkembangan teknologi budidaya saat ini telah berkembang cukup pesat akan tetapi perkembangan ini tidak dapat dinikmati oleh para pelaku usaha akibat dari keterbatasan akses dan Sumber daya Manusia. Metode pendampingan  dalam mengawal sebuah paket teknologi diharapkan mampu menjawab realitas perkembangan teknologi yang mampu diterapkan ditengah masyarakat  luas.

5. Layanan Teknologi dan Aceh Aquaculture Comunication Center (AACC).
Aceh Aquaculture Comunication Center merupakan pusat komunkasi budidaya perikanan di Aceh yang dapat diakses melalui web-site  : www.petambaaceh.org. AACC ini diharapkan mampu menjawab setiap pengaduan teknis tentang berbagai masalah dalam hal budidaya perikanan. Layanan yang dapat diakses pada AACC berupa:
·         Layanan Teknis Budidaya Perikanan
·         Pelayanan Diagnosa Penyakit
·         Pelayanan Training.
Aplikasi teknologi dan penggunaan system informasi yang baik sangat diperlukan untuk pengembangan budidaya perikanan oleh masyarakat.  Oleh karena itu, diperlukan lembaga pendukung yang kompeten dalam hal transfer informasi dan alih teknologi guna keberlanjutan proses budidaya.  Balai Budidaya Air Payau (BBAP) Ujung Batee dan Aceh Aquaculture Comunication Center (AACC) dan Dinas Perikanan, dalam hal ini dapat berperan untuk mendukung proses tersebut agar dapat berjalan dengan baik. Sebagai Pusat Komunikasi budidaya perikanan maka AACC mempunyai visi sebagai berikut    :
1.  Menyebar luaskan informasi dan teknologi baru dibidang perikanan.
2. Menampung aspirasi  dan permasalahan perikanan yang dihadapi masyarakat petambak  serta mencari solusi pemecahan masalah.
3.  Mendorong berkembangnya usaha perikanan budidaya yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.