28/09/10

Salinitas dan Produktifitas Induk Nila Merah

Ikan Nila Merah mampu hidup pada rentang salinitas yang luas. Namun, nilai salinitas sangat berpengaruh pada reproduksi Ikan Nila Merah. Oleh karena itu diperlukan pengkajian terhadap kemampuan reproduksi induk sebagai dasar menentuka produktifitasnya dalam pembenihan. Perekayasaan ini bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan efek salinitas yang berbeda terhadap tingkat produktivitas induk Ikan Nila Merah merah (Oreochromis sp.). Data kajian yang berupa jumlah induk betina memijah,  jumlah telur yang dihasilkan (fekunditas relative), fertilisasi telur, daya tetas telur (termasuk diameter telur) digunakan untuk mengkaji produktifitas induk. Perekayasaan dilakukan di lab basah BBAP Ujung Batee dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan tersebut adalah A (0 ppt), B (15 ppt) dan C (30 ppt). Induk Ikan Nila Merah digunakan sejumlah 675 ekor yaitu 225 ekor jantan dan 450 ekor betina dengan berat sekitar 200-400 gr/ekor. Data menunjukkan bahwa jumlah induk memijah dan jumlah telur yang dihasilkan induk betina antar perlakuan berbeda nyata (p<0,05). Persentase induk Ikan Nila Merah yang memijah sebanyak 77% pada 0 ppt, 41% pada 15 ppt, dan 0% pada 30 ppt. Rata-rata fekunditas relatif induk Ikan Nila Merah pada 0 ppt sebesar 4.57 telur/gram, pada 15 ppt sebesar 4.22 telur/gram. Sedangkan fertilisasi telur, daya tetas telur dan diameter telur antar perlakuan tidak berbeda nyata (p>0,05).
  
Kata-kata  Kunci : induk Ikan Nila Merah (Oreochoromis sp) , produktifitas, salinitas

Produktifitas Induk Ikan Nila Merah  pada Beberapa Nilai Salinitas

Oleh: Suri Purnama Febri, Ibnu Sahidhir


1.        Pendahuluan

Pada umumnya, pembenihan ikan Nila Merah di Indonesia dilakukan di kolam air tawar. Proses pembenihannya cukup sederhana. Induk Ikan Nila Merah dengan perbandingan jantan/betina 1:3 di tebar di kolam dengan padat tebar rendah, ditunggu 6-10 hari untuk menghasilkan benih. Benih kemudian di kumpulkan dengan serok di tepian kolam untuk dipelihara di kolam khusus pemeliharaan benih. Cara lain, induk dapat diambil dari kolam pemijahan sehingga yang tertinggal hanya benih. Benih dipanen sebagian dengan jaring atau panen total dengan menurunkan air dan memanen benih di kobakan (bagian kolam yang rendah untuk panen).

Produktifitas pembenihan Ikan Nila dapat dilihat dari tingkat teknologi yang digunakan. Namun salinitas juga sangat mempengaruhi siklus reproduksi induk sehingga berpengaruh pada produktifitas pembenihan. Kesuksesan pemijahan Ikan Nila Merah di air dengan salinitas payau akan mendukung perkembangan budidaya Ikan Nila di tambak. Karena sifatnya yang eurihaline maka Ikan Nila Merah dapat dikembangkan pada perairan tawar hingga laut. Ikan Nila Merah mudah beradaptasi dengan lingkungan dan mudah dipijahkan sehingga penyebarannya luas (Watanabe, 1997).

Pemahaman yang jelas tentang kemampuan Ikan Nila Merah dalam menghasilkan benih di beberapa tingkat salinitas akan menjadi acuan yang berharga untuk mengukur efektifitas dan efisiensi pembenihan Ikan Nila di perairan tawar hingga perairan laut. Produktifitas induk dihitung berdasarkan jumlah induk betina memijah, jumlah telur, daya pembuahan, daya tetas, dan SR benih.

Tujuan kegiatan ini adalah mengukur produktifitas induk Ikan Nila Merah pada beberapa tingkat salinitas

2.    Materi dan Metode

Materi 
        
Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah induk Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.) berukuran sekitar 200-400 gr/ekor. Induk Ikan Nila Merah digunakan sebanyak 675 ekor yaitu 225 ekor jantan dan 450 ekor betina . Padat tebar induk 75 ekor per bak berukuran 1,5x 9 m dengan perbandingan 25 jantan dan 50 betina.
Air media yang digunakan adalah air bersalinitas 0 ppt, 15 ppt dan 30 ppt. Air 30 ppt diperoleh dari tandon air laut BBAP Ujung batee melalui pipa-pipa dan disesuaikan sehingga tepat 30 ppt. Pada media air 15 ppt dilakukan penambahan air tawar terhadap air laut. Air 0 ppt diambil dari air tanah.
Pakan yang digunakan adalah pelet apung dengan kadar protein 28%. Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 5 % dari bobot tubuh. Sebagai suplemen ditambahkan vitamin C dan E.
Peralatan yang digunakan meliputi wadah dan sarana pemeliharaan ikan, alat ukur dimensi benda (panjang, berat), alat ukur kualitas air dan alat tulis untuk pengamatan. Berikut ini rincian peralatan yang digunakan dalam perekayasaan ini.

Tabel 1.  Peralatan yang digunakan dalam perekayasaan ” Produktifitas Induk Ikan Nila Merah pada Beberapa Nilai Salinitas”

Metode

Bak berdimensi 2 x 9 x 1,5 m3 sebanyak 9 buah diisi dengan air tawar setinggi 0,5 m, kemudian aerasi dihidupkan. Induk Ikan Nila Merah dimasukkan dalam masing-masing bak sebanyak 75 ekor dengan berat 200-400 gr.
Air tawar (0 ppt) dibuat dengan mengambil air tanah dengan pompa. Air payau (15 ppt) dibuat dengan menambahkan satu bagian air tawar pada satu bagian air laut dalam bak. Air laut (30 ppt) diambil dari bak tendon air laut. Pengukuran salinitas dengan menggunakan alat refraktometer. Kemudian seluruh salinitas disesuaikan.
Sebelum proses aklimatisasi hal pertama yang dilakukan yaitu menimbang bobot induk jantan dan betina memakai timbangan digital. Induk Ikan Nila Merah pada penelitian ini pada awalnya dipelihara di media air tawar. Induk Ikan Nila Merah diaklimatisasi untuk menghindari stress akibat salinitas dengan kenaikan 5 ppt/hari. Waktu yang di butuhkan untuk mencapai perlakuan B (15 ppt) adalah 3 (tiga) hari dan untuk mencapai perlakuan C (30 ppt) adalah 6 (enam) hari serta ditambah beberapa hari untuk waktu adaptasi.

Pada saat pemeliharaan ada 3 proses kegiatan yaitu pematangan gonad, pemijahan dan pemanenan telur. Induk dimatangkan dengan pemberian pakan sebanyak 3% dari bobot tubuh dan dilakukan 3 kali sehari yaitu pada pukul 08.00 (pagi), 13.00 (siang) dan 17.00 (sore) WIB. Induk Ikan Nila Merah dipelihara selama 5 minggu.
Induk betina mulai diamati setelah 2-4 hari pemasukkan induk. Panen telur yang masih dierami induk betina dilakukan dengan proses: air bak diturunkan sampai kedalaman 10 cm. Induk betina pengeram memiliki ciri mulut membesar dan tertutup ditangkap dengan serok kasar pada lapisan pertama dan serok lembut pada lapisan kedua. Telur diambil dari mulut induk betina dengan mengocok mulut betina dalam air di Waskom. Telur hasil pengocokan dibersihkan dari kotoran dan dihitung dengan menggunakan hand counter.
Fertilisasi telur dihitung dari telur fertil dikurangi telur yang tak dibuahi (warna putih). Telur kemudian ditaruh pada saringan santan yang telah diberi label nama. Sampel diambil untuk dilakukan pengukuran diameter telur. Telur ditempatkan pada bak yang telah ditetapkan salinitasnya untuk melihat daya tetas telur. Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah menghitung berat induk, jumlah induk memijah, jumlah telur, fekunditas relatif, fertilisasi, daya tetas, diameter telur serta melakukan pengamatan terhadap parameter kualitas air yang meliputi oksigen terlarut (DO), pH, salinitas dan suhu setiap harinya yang diukur pada pukul 09.00 - 11.00 WIB.

3.        Hasil dan Pembahasan

Hasil

Hasil pengamatan selama 5 minggu menunjukkan bahwa pada salinitas 30 ppt induk Ikan Nila merah tidak memijah. Sedangkan persentase memijah induk Ikan Nila Merah pada  0 ppt (77%) lebih besar dari 15 ppt (41%). Kenaikan salinitas air menjadi 15 ppt menurunkan jumlah induk memijah sampai dengan 47%. Persentase memijah induk Ikan Nila Merah pada beberapa salinitas dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2.  Persentase memijah Ikan Nila Merah pada beberapa nilai salinitas
Ulangan
Perlakuan
0
15
30
1
72%
32%
0%
2
84%
44%
0%
3
76%
48%
0%
Rerata
77%
41%
0%

Jumlah telur yang dihasilkan oleh per bobot induk (fekunditas relatif) juga berbeda yakni 4,53 butir telur/gr induk untuk 0 ppt dan 4,32 butir/gr untuk 15 ppt. Ada penurunan produksi telur sekitar 4,6% ketika salinitas naik menjadi 15 ppt. Fekunditas relatif setiap perlakuan dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel  3. Fekunditas relatif Ikan Nila Merah pada beberapa nilai salinitas
Ulangan
Perlakuan
0
15
30
1
4.61
4.38
0.00
2
4.60
4.27
0.00
3
4.39
4.30
0.00
Rerata
4.53
4.32
0.00


Tabel  4. Fertilisasi telur Ikan Nila Merah pada beberapa nilai salinitas
Ulangan
Perlakuan
0
15
30
1
99.79%
99.70%
0.00%
2
99.80%
99.76%
0.00%
3
99.86%
99.73%
0.00%
Rerata
99.82%
99.73%
0%

Demikian juga, nilai daya tetas telur tidak terpengaruh oleh kenaikan salinitas sampai 15 ppt. Fertilisasi telur tidak berbeda antar perlakuan yakni sekitar 96,57% - 97,32%. Daya tetas telur Ikan Nila Merah pada beberapa salinitas dapat dilihat pada table 5.

Tabel 5. Daya tetas telur Ikan Nila Merah pada beberapa nilai salinitas
Ulangan
Perlakuan
0
15
30
1
97.20%
97.12%
0.00%
2
96.84%
97.39%
0.00%
3
95.66%
97.45%
0.00%
Rerata
96.57%
97.32%
0.00%

            Kenaikan salinitas ternyata hanya berdampak pada jumlah siklus kawin dan banyak telur yang dihasilkan induk akan tetapi tidak berpengaruh pada diameter telur. Ini ditunjukkan oleh data diameter telur pada perlakuan 0 dan 15 ppt adalah 1,70-1,83. Diameter telur pada beberapa salinitas dapat dilihat pada tabel 6.








Tabel 6. Diameter telur (mm) Ikan Nila Merah pada beberapa nilai salinitas
Minggu/Ulangan
Perlakuan
0 ppt
 15 ppt
 30 ppt
1
1.40
2.40
0
1.42
2.25
0
2.20
2.25
0
2
1.35
1.05
0
2.05
1.40
0
2.15
1.34
0
3
1.45
1.45
0
2.10
2.10
0
1.45
2.15
0
4
2.05
2.05
0
1.35
2.15
0
1.45
1.45
0
Rerata
1.70 ± 0.36
1.83 ± 0.45
0

Pembahasan

Produktivitas induk ikan nila merah dapat dihitung dengan mengkalkulasikan jumlah induk memijah, berat induk rata-rata, fekunditas relatif, fertilisasi, dan daya tetas telur. Hasil pengamatan dan kalkulasi akhir menunjukkan bahwa produktifitas induk Ikan Nila Merah menurun 50%  dari kenaikan salinitas 0 ppt menjadi 15 ppt. Sedangkan pada perlakuan 30 ppt induk tidak produktif sama sekali.

Tabel 7. Produktiftas induk Ikan Nila pada beberapa nilai salinitas
Variabel
Perlakuan
0
15
30
Jumlah betina (ekor)
50
50
0
Berat rata-rata (gr)
300
300
0
Persentase kawin (%)
77%
41%
0
Fekunditas relatif (jumlah telur/gr)
4.53
4.32
0
Rerata fertilisasi (%)
99.78%
99.78%
0
Rerata Daya tetas (%)
96.95%
96.95%
0
Produktifitas (jumlah larva/bulan)
   50,608.95
   25,698.40
0


Reproduksi induk ikan nila merah sangat bergantung kepada kemampuan induk betina ikan nila merah untuk menghasilkan sel telur (ovum), dan induk jantan untuk menghasilkan sel sperma. Watanabe, et al (1985) menyatakan bahwa kemampuan induk jantan untuk menghasilkan sperma tidak dipengaruhi oleh salinitas. Proses ovulasi induk ikan nila menurun seiring meningkatnya salinitas. Penurunan jumlah induk memijah dan jumlah telur terjadi karena rendahnya serapan nutrient-nutrien oleh sel-sel telur dikarenakan digunakan untuk osmoregulasi (Popma and Lovshin, 1996; Bhujel, 2000).

Hasil-hasil dari penelitian sebelumnya menunjukkan adanya dua kecenderungan. Kecenderungan pertama yaitu menurunnya kemampuan reproduksi induk ikan nila seiring dengan meningkatnya salinitas (Fineman-Kalio 1988). Kecenderungan kedua yaitu ditemukannya bukti tingginya reproduksi induk ikan nila pada salinitas 5-12 ppt (Watanabe dan Kuo, 1985). Hasil penelitian ini lebih tertuju pada kecenderungan pertama. Beberapa peneliti menemukan bahwa reproduksi dapat terhenti pada salinitas lebih dari 30 ppt (Fineman-Kalio 1988; Watanabe dan Kuo 1985). Akan tetapi, sebuah fakta di lapangan diluar kondisi laboratorium ditemukan bahwa induk ikan nila masih dapat bereproduksi pada salinitas diatas 30 ppt, walaupun hanya ditemukan 1,25% populasi dari betina.

Induk Ikan Nila Merah yang dipelihara pada salinitas tinggi akan memijah setelah memiliki deposit makanan yang cukup agar kualitas sperma dan telur tetap tinggi. Ini ditunjukkan oleh tidak terpengaruhinya diameter telur, fertilisasi, daya tetas telur.

Berdasarkan pengukuran parameter kualitas air yang dilakukan setiap hari selama penelitian diperoleh parameter kualitas air untuk suhu berkisar antara 28,1-30,8 0C dan pH berkisar antara 7,00-8,68, begitu juga DO berkisar antara 2,18-4,63 mg/l. Dari hasil parameter kualitas air yang diperoleh untuk suhu, pH dan DO adalah berada pada kisaran yang optimal untuk mendukung berlangsungnya reproduksi induk ikan nila merah selama penelitian.

4.        Kesimpulan

1.   Produktifitas induk Ikan Nila Merah pada mengalami penurunan dibanding 0 ppt seiring kenaikan salinitas yakni menurun 50% pada 15 ppt  dan tidak produktif pada 30.
2.   Jumlah induk memijah dan fekunditas relative berbeda nyata antar perlakuan. Jumlah induk memijah terbanyak diperoleh pada perlakuan 0 ppt yakni 77% diikuti 15 ppt sebesar 41%.  Fekunditas relatif perlakuan 0 ppt lebih tinggi yakni 4,53 telur/gram dibanding perlakuan 15 ppt yakni 4,32 telur/gram.
3. Fertilisasi, daya tetas telur dan diameter telur pada tiap-tiap perlakuan tidak berbeda nyata. Persentase fertilisasi berkisar antara 99,73% - 99,82%, daya tetas telur berkisar antara 96.57% - 97.32% dan diameter telur berkisar antara 1,70 mm – 1.83 mm.

Ucapan Terima Kasih

Para penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh rekan staf Divisi Pembenihan Tilapia BBAP Ujung Batee atas seluruh kerjasamanya dalam perlaksanaan perekayasaan ini.

Daftar Pustaka

Bhujel, R.C., 2000. A review of strategies for the management of Nile tilapia(Oreochromis niloticus) broodfish in seed production systems, especially hapa-based. Elsevier science. Pp 37-59.
Fineman-Kalio, A.S., 1988. Preliminary observations on the effect of salinity on the reproduction and growth of freshwater Nile tilapia, Oreochromi niloticus (L.), cultured in brackishwater ponds. Aquaculture and Fisheries Management. 19, 313-320.
Hussain, M.G. 2004. Farming of Tilapia: Breeding Plans, Mass Seed Production and Aquaculture Techniques. 149 p.
Popma, T.J., and Lovshin, L.L., 1996. Worldwide prospects for commercial production of tilapia. Research and development series no. 41, Department of Fisheries and Allied Aquacultures Auburn University, AL, USA, 23 pp.
Sharaf, M.M., Sharaf , S.M., and El Marakby, H.I. 2004. The Effect of Acclimatization of Freshwater Red Hybrid Tilapia in Marine Water. Pakistan Journal of Biological Sciences 7 (4): 628-632, 2004.
Villee, C.A. dan Walker, W.F., 1999. Zoologi Umum, Terjemahan dari Zoology, oleh S. Nawangsari, Erlangga, Jakarta.
Watanabe, W.O., and Kuo, C-M. 1985. Observations on the reproductive performance of Nile tilapia ( Oreochromis niloticus) in laboratory aquaria at various salinities. Aquaculture 49, 315-323.
Watanabe, W.O., D.H. Ernst, B.L. Olla and R.I. Wicklund, 1997, Saltwater Culture of The Florida and Other Saline Tolerant Tilapias, in Tilapia Aquaculture in Americas. American Aquaculture Society. Pp. 55 – 141.